Senin, 11 Mei 2009

sajak-sajak

Langit Merah Tua

Malam ini
ada yang tersipu dalam hatiku ketika gemeretak api dan kepulan asap
bercumbu dan bersatu dalam aroma kedengkian
menyertai derap langkahku bersama para Nabi penyeru nama Tuhan lainnya
yang membawa serta sebilah logam panjang yang menyala dalam genggaman mereka
berkilauan memantulkan cahaya bulan, dan
barisan pedang ini juga akan menjadi saksi empiris dimana ulir lekuk tajam mereka
akan dialiri darah haram yang halal untuk ditumpahkan dari manusia-manusia kafir

Sesaat hening sebelum sebuah akhir segera dimulai
ada yang bersyahdu kidung duka menyelinap di antara langkah-langkah kami
ya…rumput-rumput pada pori bumi yang malas berdendang
dan tak bergairah untuk menari
Oh…betapa tumbuhan liar ini akan bersorak histeris
menerima curahan cairan merah, pekat dan hidup yang tersembur
dari pembuluh-pembuluh nadi manusia
dan gagak-gagak yang sedang menyusupi gurat-gurat langit yang bercabang
akan dengan sabar menanti datangnya pesta daging segar

Malam ini
pekatnya begitu terasa...kelamnya begitu suram…muramnya begitu buram
ada yang bertanya-tanya dalam hatiku
kebenaran macam apa ini sementara tak dapat ku bedakan antara kebenaran dan kesalahan
segala yang kuteriakkan begitu tanpa makna
hanya silau kilatan pedang yang dapat kulihat oleh mata
hanya dinginnya malam yang kurasakan menusuk tulang punggungku
hanya teriakan-teriakan memekakkan telinga yang dapat kudengar dari mulut-mulut bak gudang petuah
hanya lautan dendam yang diselami cacing-cacing dan belatung-belatung busuk yang begitu terasa di dada
tapi…
kebimbangan itu hanya sesaat, dia tak lagi membangkang
ketika penyembelihan atas nama Tuhan ini telah dimulai
aku sangat bernafsu!!!
aku sangat bahagia!!!
tak pernah kurasakan kebahagiaan dan kebanggaan yang begitu mendalam
mendebur dan melecut diriku!!!
Ha…ha...sekarang aku paham, tak ada lagi yang perlu dibingungkan,
tak perlu lagi ada keresahan atau kebimbangan karena aku sangat paham

Marilah kita ayun-ayunkan dan kita tebaskan pada seutas leher manusia
sebilah “kebenaran” yang kita cabut dari seonggok kotoran yang kita sebut dengan hati!!!

Setelah itu… langit tak lagi terlalu hitam ataupun kelam karena di bawahnya terpantulkan secercah cemerlang lautan darah yang mewarnai malam menjadi merah

Untuk Firdaus
Seperti ada cincin aurora yang mengepakkan ronanya
memekarkan sekuntum teratai cinta pada telaga hatiku
Ingin kutengadahkan tanganku
untuk menerima denting hujan cintaNya
menyejukkan, nyaring dan merdu

PadaNya aku bernyanyi
dan padaku pula Dia membalas dengan tarian yang menghiburku
menelisik lewat celah-celah tanganku, mengkristal dalam desah nafasku
pada sepoi angin pagi dikirimkanNya rintik embun
pada lazuardi siang hari dikirimkanNya hangat mentari
dan pada malam hari dibiarkanNya aku menorehkan namaku dan namaNya di langit
aku meluncur pada goresan-goresannya dan kusapa bintang-bintang

sedang untukmu Firdaus, untukmu Eden dan kekasih-kekasihku yang lain
kurasa aku tak mencintai kalian, cintaku pada kalian bukanlah cinta
maka biarkan aku membunuh kalian supaya cintaku pada kalian
tak mengepakkan lagi sayapnya
cintaku padaNya tak menuntut balas
Massacre
Dengan tengadah dan mulut menganga
Aku tak bisa merangkul sang surya
Lubang di dada dan peluru yang membara
Mencoba meredam semua dongeng dan cerita
Layaknya sangkala yang memecah angkasa
Berhenti seketika, dihantui gemuruh petir
Dan hempasan badai
Mataku berkunang-kunang sambil pandanganku
Berkelana memandang seribu nyawa yang utuh dan tak utuh
Berhamburan, berlarian, ketakutan, bertanya-tanya,
Tak berdaya sambil menyebut namanya

Inilah pertentangan antara kebenaranku dan
kebenaran mereka
Inilah perselisihan antara harapanku dan
harapan mereka
Dan semua hal dan kekerasan ini tidak akan pernah
hilang karena aktualitas manusia akan
selalu bersinggungan.



Narendra Dewadji.K Lahir 1 April 1987 di Semarang. Pendidikan pertamanya hingga lanjutan tingkat atas dihabiskan di Semarang. Sekarang menekuni Studi Sastra Indonesia di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Karya-karyanya dimuat di Suara Merdeka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar