Senin, 11 Mei 2009

Keterpesonaan Dunia Timur Terhadap Barack Obama

Pendahuluan
Obama, presiden terpilih Amerika, adalah sosok dan topik yang sedang hangat dibicarakan dunia internasional saat ini baik di blok barat maupun blok timur. Bagaimana tidak, Amerika sendiri adalah Negara adikuasa yang memiliki pengaruh besar terhadap seluruh Negara di dunia. Tentu saja, pemilihan dan pergantian presidennya akan menjadi sorotan dan kajian menarik dari berbagai kalangan mengingat kebijakan dan keputusan seorang presiden tersebut dapat mempunyai dampak bukan hanya untuk Amerika sendiri tapi juga bagi seluruh dunia. Bagaimana seorang Obama yang akan dilantik pada 20 Januari 2009 nanti dapat memenangkan pemilu dan mengalahkan saingannya, John MacCain tentu memiliki latar belakang yang menarik.
Profil Obama pada saat masa kampanye memang hangat dibicarakan dan mengundang banyak perhatian. Mulai dari keberagaman darah dan ras yang mengalir dalam dirinya, aktivitas-aktivitas kemanusiaan dan sosial yang dilakukannya sebelum dia menjadi presiden, dan hal-hal lainnya yang berbeda dan terkesan positif dari kacamata kemanusiaan dibandingkan kandidat lain, bahkan presiden-presiden Amerika sebelumnya membuat Obama tampak ‘mempesona’. Masyarakat timur atau masyarakat Asiapun pada umumnya dan masyarakat Indonesia pada khusunya terpikat melihat fakta-fakta yang mempesona ini, berharap setelah terpilihnya Obama menjadi presiden akan membawa perubahan yang positif juga bagi dunia dan Indonesia. Hal itu bisa dilihat dari antusiasme berbagai media massa dan surat kabar yang memberitakan tentang Obama mulai dari profilnya, perjalanan hidupnya, perkembangan kampanyenya, berapa besar peluangnya dan segala hal yang saya rasa terkesan positif dan agak subjektif. Saya berkeyakinan bahwa setelah Obama menjadi presiden, Indonesia, Irak, Palestina dan Negara-negara lainnya akan tetap ‘buruk-buruk saja’. Minimal walaupun tidak bertambah buruk, keadaan akan sama saja seperti sebelumnya.
Tulisan ini akan membahas bagaimana masyarakat timur yang selama ini mendiskreditkan Amerika, rezim kapitalismenya, serta presiden-presidennya merupakan wabah atau katastrofi bagi dunia internasional berubah pandangannya terhadap calon presiden yang satu ini, Barack Obama. Saya memakai referensi berupa beberapa artikel dari surat kabar, dan tentu saja dilihat dari perspektif orientalisme. Sebelum menginjak pembahasan tentang Obama, saya akan memberikan sedikit narasi bagaimana Amerika mendapat pandangan miring, bahkan mendapat peran antagonis atau oposisi dari masyarakat Timur.

Amerika Versus Timur
Sepertinya sudah menjadi wacana umum bagaimana pada masa postcolonial dan masa setelah Perang Dunia II Amerika berhasil menggunakan kelicikan-kelicikan dan hegemoninya untuk menggiring negara-negara peserta perang, negara-negara kolonialis, negara-negara jajahan dan negara berkembang serta sebagian besar negara di Eropa, Afrika dan Asia untuk masuk ke dalam supremasi dan korporatisme Amerika. Sebagai Negara industrialis terbesar, Amerika dengan fordismenya (sistem Bretton Woods) berhasil mengiming-imingi negara-negara yang hancur akibat perang, negara-negara jajahan dan Negara berkembang untuk melakukan rekonstruksi ekonomi lewat “politik pintu terbuka” dan lewat dalih kemanusiaan. Padahal tanpa disadari Negara-negara tersebut telah melakukan semacam kontrak dengan Amerika bahwa mereka dituntut harus membalas budi dengan memberikan sumber daya alam dan bahan mentah. Setelah melewati berbagai proses dan cara yang memang harus disesuaikan dengan konteks dan kondisi politik ekonomi dari tiap-tiap Negara yang berbeda, Amerika berhasil membuat Negara-negara di seluruh dunia menjadi ketergantungan terhadap pasar finansial Amerika. Akhirnya sampai sekarang, Amerika berhasil melakukan eksploitasi dan menancapkan taring-taring globalisasinya. Hal yang paling tidak bisa ditolerir dan menimbulkan kebencian khususnya oleh masyarakat timur, yaitu bahwa transplantasi ide-ide Amerika di negara berkembang lebih banyak melibatkan unsur-unsur kontrol dan kekuatan daripada persetujuan (Sugiono, 1999 : 88). Contoh-contoh kasus dan faktanya dapat kita kihat lewat ekspansi dan intervensi tentara Amerika ke Vietnam dan Irak.
Demi menggapai tujuan dan keinginan mereka, Amerika juga mengusung tema-tema dualisme agama atau isu-isu terorisme untuk melegitimasi tindakan-tindakan koersif mereka mengingat sebagian besar rakyat Amerika beragama Kristen dan lawan-lawan mereka di Timur beragama Islam. Seperti dikatakan Edward Said, sepanjang berkaitan dengan barat, Islam tidak saja menjadi pesaing yang hebat, tetapi juga akan menjadi ancaman bagi Kristen (Said, 2002 :5).
Begitu banyak tindakan-tindakan dari Amerika yang dinilai amoral dari kacamata kemanusiaan oleh banyak pihak di dunia hanya demi satu hal “kekuasaan modal”. Kecenderungan yang terlihat selama ini, apapun akan dilakukan oleh Amerika dan antek-anteknya demi akumulasi uang, mulai dari genosida/ pembantaian massal terhadap rakyatnya sendiri (tragedi 11 September di WTC), pengamanan jalur pipa minyak Kaspia yang melewati wilayah Afghanistan (Tabb, 2003 : XV), mendukung Israel dan kaum Zionis dalam kasus Palestina dan tindakan-tindakan lain dewasa ini yang tidak berlandaskan asas kemanusiaan. Hal-hal itulah yang membuat Amerika mendapat predikat negatif dari masyarakat timur.

Barack Obama : Presiden yang dianggap baik hati dan berbeda dengan presiden-presiden Amerika sebelumnya.
1. Latar Belakang Yang Menarik
Sejak masa kampanye, Obama memang lebih diunggulkan daripada saingannya, McCain. Posisi dan identitasnya yang unik membuat semua orang bersimpati. Selain itu, orang-orang seolah mendapat suasana dan warna baru. Hal itu ditunjukkan oleh potongan artikel berjudul Keluarga Obama, Mirip PBB Mini dari suatu surat kabar. Dalam artikel tersebut dituliskan bahwa Barack Hussein Obama Jr mendapat julukan GLOBAL PRESIDEN. Julukan ini muncul karena perjalanan hidup Obama yang penuh warna dan di tubuhnya mengalir berbagai darah atau ras (Darah Kenya dari ayahnya, Barack Hussein Obama. Dari ibunya mengalir darah Inggris, Irlandia dan Indian Cherooke). Artikel tersebut juga menambahkan bahwa kerabat Obama berasal dari berbagai benua.
Artikel lain juga menyebutkan bahwa Barack Obama sangat diuntungkan dengan latar belakangnya. Artikel tersebut menuliskan Barack Obama sangat diuntungkan dengan latar belakang sebagai seorang Afro- Amerika dan sejarah AS tidak pernah mencatat adanya Presiden yang berasal dari masyarakat kulit hitam.
Satu hal yang menarik khususnya bagi masyarakat Indonesia dan memang sepertinya hampir semua masyarakat Indonesia sudah mengetahuinya, bahwa Obama pernah menjalani masa kecil di Indonesia. Bisa dipastikan semua media massa dan surat kabar pasti mengekspose hal tersebut. Disebutkan oleh beberapa artikel bahwa Obama kecil pernah tinggal di dua rumah di Jakarta Pusat bersama ibu dan ayah tirinya, Lolo Soetoro. Obama juga pernah bersekolah di SDN Menteng di Jakarta. Di dalam artikel Keluarga Obama, Mirip PBB Mini tersebut, citra global Obama makin terasa karena nama Barack berbau Timur Tengah yang berarti barokah atau berkah. Artikel lain juga menyebutkan bahwa Obama pernah tinggal di Bulaksumur Jogja.
2. Visi dan Misi Yang Mulia
Visi dan Misi Obama yang tertuang dalam slogan kampanyenya ‘Change We Can Believe In’ memang menarik dan mulia. Salah satu artikel menyebutkan bahwa ia ingin menghapuskan pajak bagi lansia berpendapatan kurang dari 50.000 USD per tahun. Iapun mengurangi pajak bagi rakyat berpenghasilan kurang dari 250.000 USD per tahun. Obama juga ingin memulangkan pasukan AS dari Irak, berdialog dengan Iran dan Suriah, mengurangi arsenal nuklir AS dan menghentikan pendanaan sistem pertahanan rudal. Artikel lain juga menyebutkan bahwa Obama dan partai Demokrat akan menyelesaikan dua persoalan utama Amerika, yaitu perbaikan ekonomi dan HAM/ peran AS di dunia internasional. Artikel yang lainnya menyebutkan bahwa Obama berjanji menjadi Presiden bagi semua rakyat AS dari berbagai latar belakang, serta mengingatkan tantangan yang dihadapi AS, yakni perang di Irak dan Afghanistan, kerusakan bumi dan krisis finansial.
Tanggapan Kritis
Sebelumnya telah saya eksposisikan bagaimana Amerika menuai bibit kebencian di dalam dunia internasional dan melakukan aksi-aksi kejahatan, hingga oleh masyarakat timur setiap presiden Amerika digeneralisasikan sebagai ikon otoriter dan semena-mena. Namun persepsi orang timur berubah setelah Obama memenangkan pemilu dan terpilih menjadi presiden. Orang timur merasa Obama lebih menjunjung hak asasi dan nilai-nilai kemanusiaan baik bagi Amerika sendiri maupun bagi dunia internasional. Hal itu bisa dilihat dari janji-janjinya yang sudah saya eksplanasikan tadi. Selain itu, dalam tubuh Obama juga mengalir darah timur, sehingga orang timur merasa bahwa aspirasi dan kepentingannya nanti akan diperjuangkan oleh Obama setelah dirinya menjadi presiden.
Sebagai manusia intelektual dan kritis, kita seharusnya menjadi orang yang ‘berprasangka’, ‘curiga’, dan tidak mudah percaya terhadap wacana-wacana yang dipaparkan oleh media massa. Mengingat Obama sedang mengkampanyekan dirinya, bisa jadi hal itu adalah sesuatu yang disebut Spivak dengan ‘othering’, yaitu hal yang mencakup asumsi tentang otoritas, ‘suara’, dan kontrol atas ‘kata’, yakni perampasan dan penguasaan sarana-sarana interpretasi dan komunikasi (Ashcroft, Griffihts, Tiffin, 2003 : 138). Hal serupa juga dilakukan oleh capres-capres di Indonesia menjelang pemilu lewat iklan-iklannya yang selalu tampil di televisi, seperti Prabowo Subianto, Wiranto, dan lain-lain.
Seperti ditulis juga di salah satu artikel di surat kabar, setelah Obama terpilih menjadi presiden, Raul Castro mengatakan bahwa laporan yang disiarkan media AS hipokrit dan dilebih-lebihkan. Dr Bambang Cipto MA juga mengatakan dalam suatu surat kabar bahwa kemenangan Obama mungkin tidak terlalu mengejutkan, mengingat penampilannya selama masa kampanye memang sangat meyakinkan bagi siapapun dan dimanapun.
Satu pembahasan lagi mengenai setiap slogan, janji, visi, dan misi yang terlontar dari mulut Obama sendiri. Banyak hal-hal mulia menyangkut nilai-nilai kemanusiaan yang dijanjikan oleh Obama, khususnya mengenai masalah Irak. Obama mengatakan dia akan menarik tentara Amerika dari Irak. Namun untuk masalah Palestina? Obama hanya menunjukkan sikap bungkam dan apatis, sperti yang ditunjukkan dalam suatu surat kabar. Hal itu menunjukkan bahwa Obama belum begitu peduli terhadap kemanusiaan dan belum berani mengambil sikap tegas.
Dalam suatu surat kabar Obama juga menyatakan siap menciduk Osama Bin Laden. Perlu diketahui bahwa organisasi teroris Osama Bin Laden diciptakan oleh intelijen AS (Tabb, 2003 :xiii). Hal ini menunjukkan sesuatu, bahwa Amerika dan lagi-lagi Obama selalu mengkambinghitamkan sebagian pihak, padahal Amerika sendiri juga termasuk dalang atau pelaku kejahatan tersebut.
Obama juga menunjukkan sikap bahwa dirinya dan tentu saja Amerika akan terus menjadi rezim kapitalisme. Kapitalisme sendiri merupakan penyebab ketidakadilan dan kehancuran bagi banyak Negara di dunia. Dalam suatu surat kabar Obama mengatakan dia mengagumi Margaret Thatcher dan Ronald Reagan. Perlu diketahui bahwa Thatcherisme (ideologi yang diperkenalkan Margaret Thatcher) adalah suatu ideologi yang tidak menjamin terciptanya lapangan kerja, menghapus hak-hak hukum para buruh, mengekploitasi kebencian masyarakat terhadap bentuk ‘negara sejahtera’ (Simon, 2000 :80).
Penutup
…Rianti berkaos Obama, mengaku ikut berdoa. Naisyila Mirdad merasa bangga….
Sepenggal kalimat di atas adalah sedikit kutipan dari sebuah artikel tentang Obama dalam sebuah surat kabar, persis esok hari setelah Obama disiarkan menang dalam pengumuman hasil pemilu. Saya pribadi merasa hal itu agak janggal. Saya bukan bermaksud berpikir secara positivistik, saya tidak bermaksud mengkotak-kotakkan barat atau timur, saya berusaha untuk tidak rasis, dan saya berusaha untuk tidak menggeneralisasikan bahwa semua orang Amerika adalah jahat. Jika ada yang memang mengagumi Obama atau bahkan yakin bahwa Obama adalah manusia, presiden, serta pembela HAM yang baik ya silahkan. Akan tetapi, sikap simpati tersebut tidak perlu ditunjukkan sebegitu antusias, dramatis, dan menggebu-nggebu. Kita sebagai bangsa timur pada umumnya dan bangsa Indonesia pada khususnya punya kewajiban dan urusan dalam negeri atau bangsa kita masing-masing. Dan selama itu pula kita tidak pernah peduli dan ambil pusing, malah ada pemilihan presiden Amerika (yang saya pikir lebih mirip entertaintment macam American Idol) kita ikut terhegemoni dan terbawa hingar bingar media massa. Hikmah terbaik yang bisa diambil dari momen-momen seperti pemilu Amerika yaitu sikap nasionalisme para warga negaranya. Mereka benar-benar loyal kepada calon presiden yang mereka dukung, dan mereka mampu berargumentasi tentang kualitas kandidat yang mereka jagoan. Mereka mempelajari idola mereka. Kecenderungan di Indonesia sebaliknya, kita tidak pernah mau ambil pusing, hanya bisa menyalahkan, hanya bisa mengkritik, tetapi tidak mau ikut andil dan bersusah-susah dalam memperbaiki negeri ini. Sebagai penutup, saya akan memberikan opini saya yang memang subjektif. Tidak perlu mengelu-elukan Obama karena dia tidak punya urusan apa-apa dengan kita, setiap presiden pasti akan lebih mengutamakan bangsanya. Mungkin kalimat agak radikal dan ekstrem : mereka orang barat, kita orang timur.




Daftar Pustaka

Sugiono, Muhadi. 1999. Kritik Antonio Gramsci Terhadap Pembangunan Dunia Ketiga. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Simon, Roger. 2000. Gagasan-Gagasan Politik Gramsci. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Tabb, William K. 2003. Tabir Politik Globalisasi. Yogyakarta : Lafadl
Said, Edward W. 2002. Covering Islam : Bias Liputan Barat atas Dunia Islam. Yogyakarta :Ikon Teralitera
Ashcroft, Bill, Gareth Griffiths, Helen Tiffin. 2003. Menelanjangi Kuasa Bahasa : Teori dan Praktik Sastra Poskolonial

Tidak ada komentar:

Posting Komentar