Senin, 11 Mei 2009

Rangkuman Teori Strukturasi Antony Giddens

1.Strukturasi adalah sebuah dualitas bukan dualisme
Giddens berangkat dari kritiknya terhadap dualisme, beberapa contoh dualisme adalah Subjektivisme dan objektivisme, voluntarisme dan determinisme. Subjektivisme dan voluntarisme adalah suatu tendensi sudut pandang yang memprioritaskan tindakan atau pengalaman individu di atas gejala keseluruhan, sedangkan objektivisme dan determinisme sebaliknya yang memprioritaskan gejala keseluruhan di atas tindakan atau pengalaman individu. Bagi Giddens, kita tidak boleh terpelanting ke dalam salah satunya, kita harus tetap memperhatikan keterkaitan antara pelaku dan struktur. Inilah salah satu poros pemikiran utama Giddens. Selain itu dalil penting kedua dari Giddens adalah sentralitas ruang dan waktu. Untuk memahami pentingnya Giddens menyoroti masalah keterkaitan antara pelaku dan struktur, akan dikemukakan sedikit tentang kritiknya terhadap ilmu-ilmu fungsionalisme dan strukturalisme.

2.Kritik Giddens terhadap fungsionalisme
Salah satu contoh ilmu fungsionalisme adalah Marxisme Louis Althusser. Bagi Giddens, fungsionalisme memiliki tiga kelemahan atau cacat utama. Yang pertama bahwa kita sebagai anggota masyarakat bukan orang-orang dungu atau robot yang bertindak atau berfungsi sesuai dengan peran atau naskah. Yang kedua, bukan sistem sosial yang kebutuhannya harus terpenuhi, sistem sosial tidak memiliki kebutuhan, yang memiliki kebutuhan adalah para pelaku. Yang ketiga, fungsionalisme sering menafikkan atau menisbikan aspek ruang dan waktu. Hal ini berimplikasi kepada satu contoh yaitu kritik Giddens terhadap Marxisme klasik. Dalam marxisme, keterkaitan antara bagian-bagian (the parts) dengan keseluruhan (the whole) karena kebutuhan sistem kapitalis. Menurut Giddens, proses strukturasi dalam bentuk atau rupa praktik sosial terjadi karena proses interaksi yang terulang oleh pelaku konkrit dalam dimensi ruang dan waktu.

3.Kritik Giddens terhadap strukturalisme dan post-strukturalisme
Dalam strukturalisme, proses pemaknaan atau pencarian hakikat makna dari suatu kata bersifat manasuka (arbitrer). Misalnya untuk mengetahui arti kata “presiden”, orang boleh langsung mengaitkannya atau menafsirkannya dengan makna “orang yang menjabat atau menduduki sebagai kepala pemerintahan”. Tetapi orang juga boleh mengartikannya sebagai berikut : presiden berarti adalah bukan “camat”, “lurah”, “bupati” dan lain-lain. Atau dalam hal ini, orang boleh menafsirkannya dengan cara mengaitkannya dengan hal-hal lain.
Dalam post-strukturalisme, strukturalisme lebih diorientasikan ke dalam ilmu-ilmu sosial seperti yang dilakukan oleh Levi-Strauss. Baginya, untuk mencari sesuatu harus menemukan kode-kode tersembunyi di balik hal tersebut. Misalnya, untuk mengetahui gejala-gejala sistem kapitalisme dalam masyarakat, kita tidak meneliti para pelakunya tetapi sirkulasi modal yang berakumulasi di belakang masyarakat.




4.Persamaan antara fungsionalisme dan strukturalisme
Dari eksplanasi dua bab terakhir di atas, dapat kita ketahui terdapat kesejajaran atau persamaan antara fungsionalisme dan strukturalisme yaitu mengebawahkan subjek atau pelaku.

5.Teori Strukturasi Antonio Giddens
Bagi Giddens, pelaku dan struktur tidak dapat dipisahkan. Namun keterkaitan itu merupakan hubungan dualitas (timbal balik) bukan hubungan dualisme (pertentangan). Bagi Giddens, struktur adalah aturan (rules) dan sumber daya (sources) yang dibentuk dari dan akhirnya menghasilkan praktik sosial. Struktur juga tidak bisa dilepaskan dari aspek ruang dan waktu. Jika menurut Marx, pembagian masyarakat adalah berdasarkan cara produksi ekonomi dari tiap kelas masyarakat, Bagi Giddens adalah bagaimana tiap lapisan masyarakat menciptakan dimensi ruang dan waktu. Salah satu contohnya adalah modernitas dan globalisasi.
Menurut Giddens, aturan yang dimaksud tidak bersifat mengekang malah memberdayakan (enable). Itulah kenapa disebut Giddens sebagai sumber daya dan mediasi. Salah satu contohnya adalah ketika kita sedang mengendarai motor, saat kita akan belok kiri kita akan menyalakan lampu sen kiri. Orang di belakang kita akan mengerti bahwa kita akan berbelok ke kiri, itulah yang dinamakan dengan struktur.
Menurut Giddens, ada tiga gugus struktur besar yang ada dalam masyarakat, yaitu :
a.Struktur signifikansi, yaitu sebuah struktur yang mendasarkan pada pemaknaan. Struktur signifikansi dapat terlihat dari beberapa ilustrasi sehari-hari. Saat kita memaknai bahwa lampu merah adalah berhenti dan kita menghentikan kendaraan kita. Atau saat kita menyebut pengajar kita dengan guru adalah sebuah contoh signifikansi.
b.Struktur dominasi, dapat berupa dominasi ekonomi maupun politik
c.Struktur legitimasi, terlihat dari kepatuhan kita kepada polisi. Jabatan dan label “polisi” tersebut melegitimasi kekuasaan mereka terhadap masyarakat.
Ada juga penelitian dari aspek psikologis mengenai kognisi pikiran dan kepatuhan masyarakat terhadap struktur tersebut. Menurut Giddens ada tiga jenis kesadaran yang dimiliki oleh masyarakat, yaitu :
a.Motif tak sadar, yaitu saat kita melakukan sebuah kepatuhan tanpa adanya sebuah pergumulan atau dialektika. Misalnya saat pegawai negeri pada masa orde baru memakai pakaian KORPRI setiap hari.
b.Kesadaran Diskursif, kesadaran ini terlihat ketika seumpama pegawai negeri tersebut ditanya mengapa dia memakai baju KORPRI. Apabila dia menjawab dia memakai baju KORPRI karena dia tahu bahwa hal itu adalah suatu bentuk pendukungan terhadap korporasi orde baru dan kalau dia tidak menurut akan mendapat resiko yang besar, maka itu adalah sebuah kesadaran diskursif.
c.Kesadaran praktis adalah sebuah kesadaran yang memberikan rasa aman. Dia tahu peraturan bahwa setiap tanggal 17 harus memakai baju KORPRI. Dia diam saat memasuki tempat ibadah. Melalui pengetahuan praktis ini kita tahu bagaimana melangsungkan hidup sehari-hari tanpa harus mempertanyakan terus menerus apa yang terjadi dan apa yang akan dilakukan. Kita tidak harus bertanya mengapa menghidupkan kompor ketika kita akan memasak atau mengapa menghentikan motor saat lampu merah. Rutinitas hidup personal dan sosial terbentuk dari kinerja gugus kesadaran ini. Kesadaran praktis ini merupakan kunci untuk memahami bagaimana praktik sosial kita lambat laun menjadi sebuah struktur. Reproduksi sosial tercipta lewat keterulangan praktik sosial yang jarang kita pertanyakan. Sama seperti rutinitas dan keterulangan praktik sosial dalam berlalu lintas yang menjadi struktur, praktik suap menyuap yang terus berulang di Indonesia akhirnya menjadi sebuah struktur KKN. Sehingga dalam menyelesaikan suatu masalah tidak bisa tidak masyarakat Indonesia selalu menggunakan cara-cara suap menyuap karena struktur tersebut sudah merasuk ke dalam tindakan dan praktik sosial kita.
Telah disinggung sebelumnya bahwa sentralitas ruang dan waktu atau dalam teori strukturasi disebut dengan perentangan ruang dan waktu merupakan elemen penting dalam pemikiran Giddens. Hubungan antara ruang-waktu dan tindakan merupakan sebuah hubungan ontologis. Hubungan keduanya bersifat kodrati dan menyangkut makna serta hakikat tindakan tersebut. Lugasnya, tanpa waktu dan ruang, tidak ada tindakan. Menonton film di bioskop (ruang) jarang disebut sebagai bekerja. Ataupun berada dalam sebuah pabrik (ruang) di sebelah mesin pengepakkan dari Jam 8 pagi sampai jam 4 sore (waktu) tidak bisa disebut sebagai berlibur.
Menurut Giddens, kooordinasi waktu dan ruang merupakan faktor sentral bagi keberadaan masyarakat ketimbang melihat cara-cara produksinya seperti dipaparkan oleh Marx. Berikut akan diberikan beberapa contoh dan ilustrasi tentang perbedaan antara masyarakat tradisional yang masih menggunakan aksis kesatuan ruang dan waktu dengan masyarakat modern yang sudah melakukan pemisahan atau pencabutan waktu dari ruang.
a.Pada zaman dahuku, orang berjualan harus bertemu pembeli pada waktu dan tempat yang sama. Pada zaman modern, orang bisa melakukan transaksi jual beli dalam hitungan menit (lewat telepon, internet, dll). Hal ini merupakan pencabutan waktu dari ruang.
b.Dalam Negara modern, kapasitas Negara atau pemerintah untuk memata-matai warganya sudah semakin tinggi. Presiden dapat memonitor dan mengintai kegiatan diskusi mahasiswa di suatu tempat yang berbeda dalam hitungan menit lewat BAKIN. Melalui kamera pengintai apa yang diperbuat buruh di pabrik dapat diketahui oleh supervisor yang berada 100 meter jauhnya.
c.Pelarian modal saat krisis finansial tahun 1997 dilakukan dngan cara memindah seluruh isi rekening bank di Indonesia ke bank di Swiss, Singapura, Australia dan Nauru dalam tempo atau hitungan menit bahkan detik.
Memang benar bahwa pencabutan waktu dari ruang bergantung pada teknologi. hal ini oleh Giddens disebut dengan “industrialisme”. Namun industrialisme hanyalah salah satu dari beberapa dimensi refleksivitas-institusional modernitas. Ada empat penyangga atau refleksivitas-institusional dari sebuah modernitas, yaitu :
a.kapitalisme
b.Negara-bangsa
c.Militer
d.Industrialisme

Tidak ada komentar:

Posting Komentar